Minggu, 17 November 2019

RUMAH DARA

RUMAH DARA





"Nama Saya Maya. Saya baru dirampok." Maya (Imelda Therinne) basah kuyup oleh hujan Kota Bandung. Dengan tampang lesu, ia mencoba mencegat rombongan mobil suami-istri Adjie (Ario Bayu) dan Astrid (Sigi Wimala) yang hendak menuju Jakarta.
Atas kebaikan hati Astrid, yang tengah hamil delapan bulan, Maya diangkut dan diantarkan ke rumah. "Nama saya Dara, terima kasih telah menolong Maya," kata sang ibu (Shareefa Daanish) saat menerima Adjie, Astrid, dan kawan-kawannya. Penampilan ibu Maya itu misterius. Sang ibu menghidangkan sebuah makan malam spesial. Daging-daging asap dan sebotol anggur spesial berumur tua disajikan.

Inilah awal film 'Rumah Dara' garapan duo sutradara Timo Tjahjanto dan Kimo Stamboel. Santapan makan malam itu adalah sebuah jebakan. Sang ibu yang memiliki kelainan dirasakan Ladya (Julie Estelle), adik Adjie. Namun Ladya tidak bisa mencegah apa yang bakal terjadi. Begitu matanya terbuka, Ladya baru sadar bahwa ia dan keluarganya telah terancam ujung gergaji besi dan tajamnya golok.

Film ini menyajikan kengerian yang bisa menggenjot perasaan ngilu, jijik, dan ngeri penonton. Adegan mutilasi, ceceran darah, perdagangan organ, dan pengawetan mayat bayi menjadi bumbu dalam film. Di sini rumah produksi Mo Brothers hendak menyajikan horor dengan kemasan yang berbeda.

Dara dalam cerita itu dikisahkan sebagai seorang ibu yang punya tiga anak: Maya, Adam (Arifin Putra), dan Armand (Ruli Lubis). Sudah turun-temurun sejak zaman Belanda, keluarga Dara melakukan bisnis jual organ tubuh manusia secara ilegal. Dara membidik korban di jalan, dengan Maya sebagai pancingan. Kebiasaan Dara mengkonsumsi bayi manusia membuatnya hidup lama, awet muda, dan kuat.

Pada 2007 , Timo dan Kimo membuat film slasher pendek berjudul Dara. Melihat film pendeknya mendapat respons yang baik, duo jebolan Sydney School of Visual Arts, Australia, itu kemudian berniat membuat film pendek mereka menjadi film komersial. Mereka mencoba mengembangkan cerita dan tokohnya selama dua tahun. Walhasil, film ini terlihat digarap begitu serius.

Membandingkan film ini dengan film slasher terakhir, 'Air Terjun Pengantin' garapan Rizal Mantovani, karya Timo dan Kimo jauh lebih maksimal. Ceritanya tak kacangan. Akting para pemainnya juga lumayan. Bahkan Shareefa Daanish, pemeran Dara, sang psikopat, menang sebagai aktris terbaik dalam sebuah festival film di Korea.

Adapun akting Sigi Wimala terasa kuat saat melangsungkan adegan melahirkan sendiri di kamar dan mencoba merampas kembali bayinya dari Dara. Julie Estelle mampu bermain sebagai perempuan berhati keras. Sedangkan karakter misterius Dara menjadi kebanggaan tersendiri bagi Timo dan Kimo, karena Shareefa mampu keluar dari sosok lucu dan lugunya di Coffee Bean Show.

Efek film dan dramatisasi adegan menjadi nilai plus film yang sebelumnya pernah keliling di festival film dunia ini. Unsur darah merah pekat yang banyak mewarnai adegan mendekati sungguhan. "Kami membuat darah dari campuran darah binatang dengan darah sintetis. Semuanya itu tanpa sepengetahuan para pemain kalau darah itu darah binatang," ujar Kimo pada Tempo.

Adegan pertarungan gergaji mesin pun digarap duo itu menjadi kemasan fotografis yang mulus, meski kengerian semacam ini memang bukan tontonan baru bagi pecinta Saw, Hostel, atau Psycho, serta film slasher Hollywood sejenisnya.

Film ini bisa mendapat dua acungan jempol andai saja Timo dan Kimo lebih detail menggarap bagian saat polisi melakukan inspeksi mendadak ke rumah Dara, setelah menemukan Eko (teman Adjie dan Astrid) terkapar di jalan. Sang sutradara agaknya hendak menyisipkan secuil komedi dalam filmnya yang serius total itu. Namun bagian polisi-polisi bodoh itu justru mengganggu, walau nantinya menjadi penguak siapa keluarga Dara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KERETA HANTU UI

 Kereta Hantu UI Kisah horor di kampus UI yang pertama dan paling terkenal adalah kisah tentang yang satu ini. Bagi sebagian besar ana...